Angin
berhembus bersemilir menemani seorang cewek cantik berambut panjang
ini yang sedang menyiram tanaman di halaman.Sore itu suasana bahagia
begitu nampak di wajahnya.Senandung nada-nada kecil begitu merdu
dinyanyikan olehnya.Tiba-tiba dia di kagetkan oleh sebuah mobil
berwarna hitam masuk ke halaman rumah itu.Dan ketika mobil itu
berhenti tepat di rumah, turunlah seorang cowok, keren,tinggi,putih
dan sedang memakai celana jeans lengkap dengan kemeja putihnya.
“Kamu
siapa dan ngapain kamu disini.?” Tanya cowok itu.
“Hey
Dimas syang, kamu udah pulang.Itu Dinda anaknya mak Ija.” Sambut
seorang wanita setengah baya yang tiba-tiba keluar dan muncul dari
dalam rumah.
“Mak
Ija...Mak Ija siapa.? Bentar-bentar oh...Mak Ija pembantu mama itu
yang sering mama certain ke aku.”
“Ya
betul, ayo sekarang kalian kenalan gih.”
Dinda
pun meninggalkan pekerjaannya dan menghampiri Dimas dan Bu Esti yang
sedang berada di teras rumah.
“Halo
gue Dimas.” Sambil mengulurkan tangan.
“Aku
Dinda, senang berkenalan dengan den Dimas.” Balasnya.
“Jangan
panggil den, norak tau.”
“Ok
Dimas.” Jawab Dinda pendek.
******
“Hayo
lagi ngelamunin apa’an, ajak-ajak donk !” Bentak Dimas dari
belakang yang melihat Dinda duduk sendirian di taman depan rumahnya.
“Gak...abis
nyiapin makan malam tadi tiba-tiba aku merasa gag mood aja, jadi aku
kesini.”
“Oh...aku
gak di persilahkan duduk nie...tega amat biarin aku berdiri.”
“Ma’af...silahkan.”
Dimas
pun duduk bersama Dinda di kursi taman.
“Rasanya
gimana bisa dapet beasiswa kuliah ke Jakarta.?”
“Seneng
donk...kok tau.?”
“Mama
yang kasih tau.Kemarin kamu datangkan buat ngikutin ibu kamu buat
kerja lagi disini dan menceritakan tujuan kamu buat datang ke
Jakarta, hebat kamu.”
“Ah...kakak
jangan berlebihan gitu.”
“Kakak...kamu
panggil aku kakak.?”
“Kenapa?
Gag boleh ya? Gak tau kenapa aku merasa jauh lebih nyaman dengan
sebutan itu.”
“Aku
gak berhak buat ngelarang kamu.Gimana seneng gak tinggal disini.”
“Seumur
hidup aku gak akan ngelupain kalau aku pernah berada disini, aku
seperti mendapatkan harta benda yang tak ternila harganya, yaitu
kebaikan kelurga kakak.”
“Dengan
adanya kamu disini aku juga jadi punya temen, kan biasanya hanya
nyamuk yang nemenin aku kalau lagi berada di taman ini.”
Dinda
hanya tersenyum.Obrolan mereka malam itu cukup singkat.Dinda dan
Dimas pun berdiri dan mau meninggalkan taman.Saat Dimas hendak jalan,
tiba-tiba kakinya kesandung dan berdarah.
“Bentar...?”
Dinda mnggopoh Dimas ke dalam rumah dan di bawanya Dimas ke ruang
tamu di dudukannya di sofa.Tanpa banyak bicara Dinda pun mengambil
kotak P3K di atas meja dekat televisi.
“Auu...”
Gurutu Dimas ketika Dinda mengolesi lukanya dengan alcohol.Dinda pun
hanya tersenyum.
Diam-diam
Dimas begitu memperhatikan Dinda dengan wajah yang begitu senang
sambil tersenyum.
“Udah
sekarang kakak istirahat aja.!” Pinta Dinda.
“Thank’s
ya Din...” Dimas pun meninggalkan Dinda sendiri di ruang tamu.Ia
berjalan pincang menaiki tangga menuju loteng kamarnya.
“Cantik,pintar,sopan,baik
lagi, Dinda kenapa gue kebayang elo terus ya, apa mungkin ini yang
namanya cinta pada pandangan pertama.Ah....ngacoh lo Dim.” Ujar
Dimas ngomong sendiri di kamarnya.
******
Saat
matahari mulai memancarkan cahayanya yang panas.Saat itu keluarga Pak
Hendra sedang makan pagi di meja makan.Dari pojok sudut Dinda keluar
dari kamarnya.
“Eh
Dinda...sini makan bareng kita yuk.” Ajak Bu Esti.
“Gak
usah bu, saya makan sam mak saja.”
“Udah
sini gak baik nolak ajakan orang!” Tambah Pak Hendra.
Mendengar
Pak Hendra yang bicara, Dinda merasa gak enak dan mau gak mau Dinda
menghampiri keluarga itu.
“Pagi
Bu,Kak Dimas dan Tuan.” Sapa Dinda yang lalu ikut duduk di meja
makan.
“Mau
berangkat kuliah Din...?” Tanya Pak Hendra.
“Iya
1 minggu ke depan saya akan ikut kegiatan OSPEK.”
“Aku
antar ya.” Tambah Dimas.
“Makasih
kak, tapi saya naik angkot aja.”
“Beneran...kamu
kan masih baru disini.”
“Gak
papa kak, biar aku gak manja aja.”
Setelah
selesai makan Dinda berangkat ke kampus...ketika sampai di gerbang,
ia tidak menyangka dapat beasiswa kuliah di kampus yang elit itu.
Dinda
pun masuk ke halaman kampus dan ternyata semua anak yang mengikuti
kegiatan ospek sudah datang.Karena tadi di jalan ban angkotnya kemps
jadi hari pertama Dinda masuk kuliah telat.
“Hey
kamu sini.! Kamu ikut ospek?” Tanya salah satu anggota senat,
seorang cowok berwajah seram.
“Iya
kak, ma’af saya telat.” Jawab DInda pelan.
“Kamu
niat kuliah gak! Gak disiplin banget..! ya udah sekarang kamu ganti
baju sesuai apa yang di jadwalkan pada hari ini.!” Bentak cowok
itu.
Tanpa
piker panjang Dinda langsung pergi ke toilet.5 menit kemudian, dia
keluar memakai seragam SMA lengkap dengan rambutnya yang awalnya di
kuncir satu sekarang menjadi dua.Dan pita yang mengikat rambutnya
adalah tali raffia, tak lupa kalung dari bola bol dan papan nama di
dada yang bertuliskan nama “Tikus”. Dinda tidak menyangka di
depan toilet dia sudah di tunggu sama cowok yang tadi bentak-bentak
dia.
“Ayo
cepet..! bengong lagi, elo bukan ratu disini.”
Cowok
itu membawa Dinda ke aula dan di pojok aula sudah berdiri seorang
cowok keren dengan di kerubungi cewek-cewek ospek.
“Ini
Frizt, ada anak baru yang telat.”
“Kenapa
kamu telat...” Tanya ketua senat itu.
“Macet
kak.”
“Disini
semua disiplin ,kamu ngerti disiplin gak.”
“Hukuman
apapun saya terima kak.”
“Sebelumnya
kenalin nama saya Friztyan Raditya Pratama, saya tidak member hukuman
kamu sekarang.Nanti setelah acara ospek selesai kamu harus bantu
saya.” Pinta Frizt
Dinda
yang tadinya menunduk sekarang mengangkat wajahnya.Saat dia melihat
wajah Frizt, dia sangat mengenal wajahnya namun itu hanya sebuah
rasa.
“Nama
kamu siapa.”
“Dinda
kak.”
“Kepanjangannya..?”
“Tidak
ada, saya lulusan SMA Pertiwi 25.”
“Kamu
siswi yang mendapat beasiswa itu kan.Kamu dari kampong.”
Dinda
yang di Tanya Frizt pun hanya mengangguk.
Sehari
gak terasa pagi sampai sore Dinda menjalani 1 hari kegiatan ospek
walau masih ada 5 hari lagi.
“Apa
yang bisa saya bantu kak.”
“Ikut
aku dan Rian buat nyelesain tugas buat ospek besok.”
“Gue
minta ma’af kalau gue tadi kasar sama elo.” Ujar Rian.
Tiba-tiba
muncul 3 cewek dari arah belakang.
“Kak,
aku pulang bareng sam kakak yah.”
“Gak
bisa, lagi banyak kerjaan, pulang aja sendiri kenapa manja amat.”
Dengan
muka cemberut Lisa dan 2 temannya meniggalkan Frizt, Dinda dan Rian
di halaman kampus.
“Gak
risih loe Frizt, sama adik kamu itu.” Sindir Rian.
“Udalah
malez buat bahas dia.”
“Ya
udah sekarang elo dan Dinda bantuin gue nge-data calon mahasiswa
tentang kehidupan mereka yang lengkap karena harus gue kumpulin besok
pagi ke dosen.” Tambahnya.
Jam 8
malam Dinda baru saja sampai di depan gerbang rumah Bu Esti.Frizt
langsung tancap gas waktu mendengar ucapan terima kasih dari Dinda.
“Oh...ndok
kamu kok baru nyampek.?” Tanya Mak Ija.
“Tadi
ada tugas di kampus, ya udah Mak ayo.”
Dinda
dan Mak Ija pun masuk rumah.
******
Berjalnnya
waktu begitu cepat, tepat pukul 07.00 pagi.Dinda sudah sampai di
kampus dan mengikuti kegiatan ospek yang kedua da terus berlanjut
sampai hari ke 7.Begitu juga kebersamaan Frizt dan Dinda yang semakin
akrab.Malam puncak berakhirnya ospek di tutup dengan sambutan dari
rector dan terpilihnya para mahasiswa-mahasiswi mereka semua
berkumpul di halaman kampus dengan api unggun di tengah-tengah
mereka.Di depan sudah berdiri para anggota senat yang akan membuka
acara pensi.
“Din
lihat dech ketua senat kita kak Frizt, gila ganteng banggeeeeett.”
Ujar Nina sahabat Dinda yang baru ia dapat saat kegiatan ospek.
“Apa’an
sich, perasaan biasa aja.” Jawab Dinda.
“Tau
gak Din, katanya dia itu pangeran kampus ini, orangnya baik, banyak
banget cewek yang ngefans ma dia.
Dinda
tak menanggapinya dan ia hanya tersenyum.
“Ok
temen-temen mala mini adalah kegiatan persami yang sangat
menyenangka.Sebelum di mulainya acara pensi, saya di sini berhak
memberikan kalian kebebasan buat menyerang balik para anggota senat
yang selam seminggu ini, udah nyuruh kalian begini-begitu.Eist..tapi
inget jangan pake’ kekerasan” Jelas Frizt selaku ketua senat.
Semua
anak-anak calom mahasiswa-siwi itu langsung menghampiri anggota senat
yang mereka benci, kecuali Dinda.Dia hanya duduk berdiam diri di
halaman kampus, kemudian Frizt menghampirinya.
“Halo
cewek, kok sendiri..gak ikutan.?” Tanya Frizt yang lalu duduk di
samping Dinda.
“Buat
apa...? seharusnya kita berterima kasih atas bimbingan kakak-kakak
selama kegiatan ospek berlangsung, makasih ya kak.”
“Ya
tuhan ..kenapa aku merasa nyaman berada di samping cewek ini,
wajahnya mengingatkan aku sama orang yang paling aku sayangi.”
Gumam Frizt dalam hatinya.
“Kak
jangan bengong dech.”
Mendengar
itu Frizt tersentak dari lamunannya.
“Maha
agungnya tuhan ya kak, ia menciptakan langit begitu luas dengan bulan
dan bintang yang menghiasinya.”
“Kamu
tau gak Din, apa yang sedang aku rasain sekarang.?”
“Kakak
lagi kangen sama seseorang.”
“Dan
orang itu adalah orang yang paling aku saying tapi...tuhan
menyembunyikannya entah dimana dia? Aku belum yakin dia telah
tiada...semiga dia kembali lagi.”
“Namanya
Sheila?”
“Kamu
kok tahu.?”
“Tuh
kalung merpati bertuliskan Sheila, bagus deh kak kalau malam kalung
itu bersinar karena warnanya putih...ma’af ya kakak apa Sheila
itu...”
“Dia
adik kandung aku, 10 tahun lalu dia dan mama mengalami kecelakaan,
mobilnya masuk jurang, dan hanya jasad mama yang berhasil di
temukan.Sheila tak tau dimana ia sekarang.”
Cerita
itu hampir saja membuat Frizt menjatuhkan air matanya namun ia
menahannya.
“Ma’af
aku nyakitin kakak.”
“Aku
kehilangan cinta Din, yang membuat hidupku hancur semenjak papa
menikah lagi sama mama Linda, aku ngerasa hidup kayak di neraka.Tiap
hari papa sibuk dengan kerjaanya.Mama Linda dan Lisa hanya bisa
hamburin duit aja, aku bener-bener kehilangan keluarga yang utuh.Tak
jarang kalau aku sering numpang tidur di rumah Rian,Andre dan
sebagian temenku.” Jelas Frizt.
“Dokter
cinta mau kasih obat nie...mau gak?” Goda Dinda.
“Emang
bisa...?”
“Kakak
naik gih ke gedung kampus, entar aku temenin.”
Mereka
menaiki tangga kampus, tak lama kemudian mereka sudah berada di atas
gedung kampus yang luas tanpa ada orang lain.
“Nah,
sekarang kak Frizt coba berjalan dan berhentidi tengah.!”
Frizt
melangkah maju dan ia telah berada di tengah.!
“Terus
apa yang harus aku lakukan.?”
“Coba
sekarang kakak teriak sekeras mungkin, panggil orang yang paling
kakak sayangi...katakan apa yang ada di benak kakak saat ini.!”
Frizt
mengambil nafas mencoba membuka mulutnya dan dia mengumpulkan semua
tengananya dan mulai berteriak.
“Sheeeeeiiiiilllaaaaaaaaaaaaaaaa...aku
kangen sama kamu.”
Begitu
kerasnya teriakan itu tapi sesaat sudah tak ada di bawah angin.
“Gimana.”
“Thank’s
ya Din...aku sedikit lega sekarang.”
Dinda
pun hanya tersenyum
******
Paginya
setelah acara penginapan di kampus karna adanya penutupan ospek
mahasiwa-siswi sudah pada pulangpada jam 10 pagi di hari minggu.Dinda
yang hendak pulang dengan Frizt, tiba-tiba Dimas datang dan beniat
untuk menjemput Dinda.Dimas menghampiri Frizt dan Dimas.
“Hai Din, kamu mau pulang kan? Aku
sengaja loe buat jemput kamu.” Seru Dimas.
“Kenalin ini kak Friztyan ketua senat
disiini, ayo kak Frizt kenalin ini kak Dimas anak majikan aku.”
“Maksudmu, kau bekerja di rumah
Dimas?” Tanya Frizt.
“Iya ibuku jadi pembantu di rumah kak
Dimas.”
“Oh pantes kalian bisa akrab.”
“Yaiyalah...kita gak perlu ngasih
alasan panjang lebar kan, kenapa kita bisa sedekat ini.?” Sahut
Dimas.
“Ya sudah aku pamit dulu, kan kamu
uda ada yang jemput.”
Frizt pun meniggalkan Dinda dan
Dimas.Langkahnya terus ke depan hingga tak terlihat oleh pandangan
Dinda dan Dimas.
“Kenapa tadi kakak gak kenalan sama
kak Frizt.?”
“Sebenernya Frizt dulu temen SMA, dia
bahkan temen deketku, tapi hubungan kami terpisah karena...?”
Dimas tak meneruskan kata-katanya.
“Karna apa.?”
“Gak usah di bahas ayo kita pulang.”
Dalam perjalanan pulang Dimas
menghentikan mobilnya.
“Bentar Din, aku beli minuman dulu!”
Dimas pun memakirkan mobilnya di depan supermarket.Ia turun dari
mobil dan masuk ke dalam supermarket.Di dalam supermarket ada Lisa
bersama kedua temennya dan kebetulan Dimas berjalan beriringan dengan
ketiga cewek itu.Lisa dan kedua temennya terpaku dengan pesona
Dimas.Mereka saling mencubit merasa gemas dengannya.
“Duh...ganteng banget cowok ini.”
Ujar Lisa.
“Gebet aja Lis.” Saran dari salah
satu temennya.
“Lihat aja, tuh cowok pasti bisa gue
gebet.” Jawab Lisa pede.
Lisa dengan semangat menghampiri Dimas,
saat Dimas memilih makanan dan minuman.
“Hey cowok boleh kenalan gak.?”
Goda Lisa.
“Hey elo Lisa kan adiknya Frizt.”
“Loh...kok elo kenal gue.”
“Kenalin lagi gue Dimas.”
“Ya ambruk...jadi elo kak Dimas
temennya kak Frizt yang dulu cupu itu.! Sekarang kok jadi ganteng
banget sich.”
“Ya udah gue di tungguin temen gue,
gue duluan ya.”
Dimas meninggalkan Lisa sendiri, tak
lama kemudian temen Lisa datang.
“Gimana Lis, sukses.?” Tanya ke dua
temennya.
“Sukses apanya, gue malah di cuekin,
ternyata dia itu temennya kak Frizt waktu SMA saat gue masih kelas 3
SMP dulu.He guys...asal elo tau, dia dulu cupu banget tapi sekarang
ganteng banget.Jadi kepincut nie.”
Sejenak omongan mereka berlalu dan di
samping itu Dimas dan Dinda asyik ngobrol di dalam mobil sepanjang
jalan bahkan tak jarang mereka saling tertawa.
******
Sore hari yang cerah menemani Dinda
mengepel lantai teras depan...muncullah Dimas dan menghampiri Dinda
dengan langkah tegap tapi penuh ragu, akhirnya Dimas berani mengajak
ngobrol Dinda.
“Din udah selesai ngepelnya...?”
“Emang kenapa.”
“Enggak, kalau nanti malam aku ajak
kamu nge-dhate mau gak.?”
“Tapi ini kan bukan malam minggu.”
“Loh...emangnya kenapa? Emang malam
minggu doank sebagai hari special buat nge-dhate...enggak kan.?”
“Iya sich...tapi....?”
“Ah kelamaan kamu mikirnya, pokoknya
entar malam harus jadi kalai enggak aku marah sama kamu.”
“YA baiklah...tapi jangan malem-malem
ya pulangnya.”
“Beres...”
Malam nge-dhate Dimas dan Dinda sangat
menyenangkan.Tidak terlihat di wajah mereka sedikit pun rasa
sedih.Dimas mengajak Dinda nonton bioskop.Kebetulan film yang di
pilih adalah film horror.Dinda yang duduk di samping Dimas, ketakutan
saat di tayangkan film itu.Tanpa sengaja tangan Dinda menggengam erat
tangan Dimas, Dinda benar-benar ketakutan tapi Dimas yang tangannya
di remas-remas Dinda hanya tersenyum lebar dan merasa bisa deket
dengannya.
Setelah menonton bioskop, Dimas
mengajak Dinda pergi ke pasar malam.Disana mereka makan, maindan saat
romantis, saat Dinda tidak bisa main tembakan yang sasarannya harus
kena kaleng yang tersusun rapi dan meningkat seperti piramida.
“Aduh...aku dari tadi gak bisa, uda
berulang kali kakak ajrin tapi tetep gak bisa-bisa.”
“Usaha donk Din, aku sudah dapet 3
boneka loh, masak kamu gak mau menang kayak aku.”
“Tapi gak bisa kak, lihat....meleset
lagi kan.”
“Udah sini, sekali lagi aku
ajarin.Jangan nyerah ya...”
Dimas memegangi tangan Dinda dan
mulailah Dimas mengajari Dinda.Jemari Dinda di pegang secara erat
oleh dimas, mereka sempat berpandangan lalu itu berlalu.
“Ok sekarang kamu tembak, mata kamu
harus focus, harus focus inget..satu..dua...tiga...” Dorrrr.
Ternyata tembakan Dinda tepat mengenai
kaleng yang di tengah hingga menjatuhkan semua kaleng yang ada.Dinda
yang merasa senang spontan ia loncat dan memeluk Dimas, saking
senenegnya ia begitu erat memeluk Dimas hingga tak menyadarinya.
“Eh...ma’af kak aku gak
bermaksut...”
“Udah, nyantai aja.Oh.. ya nih boneka
teddy bear kamu.”
“Bagus banget, makasih.”
“Kita pulang yuk, udah malam.”
Pinta Dimas.
“Ayo.” Ujar Dinda.
Mereka pulang dengan membawa
boneka-boneka kecil dan satunya lagi ukuran besar yaitu teddy bear
kesukaan Dinda yang ia peluk erat dalam tangannya.Karna sangat lelah
Dinda sampai ketiduran di mobil Dimas.Dimas tersenyum tangannya
memegang kening Dinda dan menyirahkan poni rambutnya.Sampai di depan
rumah, Dimas tak tega membangunkan Dinda yang tertidur sangat
pulas.Akhirnya Dimas memutuskan untuk menggendong Dinda sampai di
kamarnya.Pengalaman itu membuat Dimas merasa senang, hingga pada
hari-hari berikutnya Dimas tak sungkan mengajak Dinda untuk
nge-dhate.Hubungan mereka makin hari makin dekat.
******
Sore hari yang cerah tak ada angin tak
ada hujan di halaman rumah Dimas terlihat sebuah mobil yang sudah ada
di halaman rumah.Ternyata Lisa yang menaiki mobil itu.Ia turun dan
langsung mengetok pintu.
“Selamat sore...kamu siapa dan cari
siapa.?”
“Gue mau ketemu Dimas, elo siapa.”
“Saya Dinda pembantu disini.”
“What...? Dinda, bentar-bentar elo
bukanya cewek yang suka jalan sama kakak gue di kampus...oh ternyata
elo pembantu.Kok bisa ya kak Frizt mau temanan sama elo.”
“Sudah ngomongnya...kak Dimas lagi
gak ada.”
“Gak sopan bangetsich sama tamu.Elo
bo’ong kan Dimas gak ada doi rumah.Dasar Cewek...” Lisa tak
meneruskan kata-katanya karna dari dalam Bu Esti hendak keluar.
“Ada apa ini, kenapa kamu
bentak-bentak Dinda.?” Tanya Bu Esti.
“Oh tante, ma’af tante abisnya
pembantu ini gak jujur, masak dia bilang Dimas gak ada.”
“Memang dia gak ada di rumah.Terus
kamu siapa.?”
“Kenalin tante saya Lisa adiknya
Friztyan.”
“Kamu adiknya Frizt, anaknya pak
Hermawan.?”
“Iya tante...tante inget sama
aku.Dulu kan sering banget keluarga aku ke rumah tante.”
“Udah itu saja.Dimas gak ada truz
kamu mau ngapain.?”
“Aku masuk ya tante, boleh...?”
Bu Esti hanya diam, tapi dasar Lisa
tak tau sopan santun.Di ijinin atau enggak, dia langsung masuk
nyelonong begitu aja.Sampai di dalam Dinda di suruh Lisa gini-gitu
ambillin minumanlah, camilan lah pokoknya aneh-aneh.Bu Esti yang
melihat tingkah laku Lisa begitu geram.
“Ma’af Lisa, bia gak kamu lebih
sopan sedikit sama Dinda.”
“Ya ampun tante baiklah aku minta
maaf ya.Aku minta maaf ya Din.Tante aku mau nugguin Dimas.”.
“Dimas pulang nanti malem, mending
kamu pulang.Kalau papa dan mamamu nyari’in gimana.?”
“Tapi aku mau nungguin Dimas tante.”
“Kamu gadis, gak baik gitu dan bentar
lagi juga maghrib.”
“Ya udah deh tante, Lisa mau pamit
pulang..permisi.”
Lisa langsung pergi meninggalkan rumah
Dimas.Bu Esti benar-benar geram melihat tingkah lakunya.
“Dasar...kalau bukan anaknya Pak
Hermawan sudah aku usir anak itu, kamu gak papa Din.?”
“Gak papa Bu, oh ya tadi ibu bilang
nama Hermawan.”
“Iya kenapa.?”
“Oh gak papa.Kenapa nama itu taka
sing bagiku.”
“Kenapa Din, kamu ngomong apa? Kamu
kenal Pak Hermawan.?”
“Tidak Bu.”
******
Kuliah hari ini membuat semangat lebih
bagi gadis cantik ini.Saat berjalan Dinda melangkahkan kakinya dengan
leok-leok sambil bernyanyi, lalu datanglah Frizt menghampirinya.
“Din kayaknya hari ini kamu seneng
banget.”
“Harusnya kan begitu.”
“Harus itu, oh iya kamu pgen gak jadi
anggota senat.”
“Pengennya sich gitu.”
“Pasti alasan kamu supaya bisa kerja
sama aku kan, secara aku kan ketua senat gitu.”
“GR amat.”
“Hahahahaha tapi kan kenyataan kalau
aku ganteng.”
Saat Dinda dan Frizt mengobrol,
tiba-tiba datanglah Lisa dan ke 2 temennya.
“He cewek gatel ngapain elo sama
kakak gue.” Bentak lIsa.
Dinda pun hanya diam, lalu.....
“Elo tuh gak pantes tau gak bergaul
sama kakak gue, temen-temen kakak gue anak –anak elit.Sedangkan elo
cuma pembantu yang sok kecantikan.Gue heran sama Dimas kok bisa ya
dia memperkerjakan cewek ganjen kayak elo.Seharusnya elo gak
usah kuliah disini.Elo lebih pantes kembali ke kampong elo.”
“Lisa ngomong apa kamu, apa hak kamu
bilang kayak gitu.”
“Elo Cuma adik tiri gue dan elo gak
pantes ngatur-ngatur gue.Satu lagi kalau gak karna papa, gak akan mau
dan gak akan sudi nganggep elo adik, ayo Din.!” Ujar Frizt.
Frizt menggandeng tangan Dinda lalu
mereka berdua meninggalkan lobi kampus.Frizt dan Dinda masuk ke ruang
senat.
“Ma’afin atas sikap Lisa tadi ya.”
“Gak papa kok, lagian aku sudah kebal
di bilangin kayak gitu.Karna kehidupan kayak aku itu di anggap selalu
di bawah yang gak perlu di hargai dan selalu di hina.”
“Uda ah...ngapain sich kita
sedih-sedihan? Mending kita cari inspirasi lewat internet yuk.”
“Cari inspirasi...? ma’af bisa
ajarin aku, maklum dulu di kampung cuma bisa internet tapi
standartnya aja.”
“Seneng dech kalau punya temen apa
danya kayak kamu, ya udah sini aku ajarin.”
Frizt mulai mengajari Dinda, saat Dinda
menghadap computer dari belakang ia di bombing sama Frizt entah
sengaja atau enggak kedua tangan mereka bersamaan memegang mouse.
“Ya tuhan...kenapa aku meras
deg-degan gini.” Gumam Dinda dalam hati.
“Din...kenapa aku merasa nyaman
ketika di deket kamu, dan kenapa perasaanku gak karuan gini.” Gumam
Frizt dalam hatinya juga.
“Gimana sudah bisa.”
“Udah donk...makasih ya.”
“Anak pinter...” Frizt mengelus
kepala Dinda seperti anak kecil.
“Kak aku haus nie.Kita ke kantin
yuk.”
“Yuk.”
Sampai di kantin mereka berdua memesan
makan dan duduk di bangku datar dan mereka mulai bercakap-cakap.
“Din pernah gak ngerasain kalau hidup
ini gak adil.?”
“Terus keadilan yang kaka minta
gimana.”
“Aku hanya ingin adik yang paling aku
sayangihadir disini.Karna hanya dia yang mampu membuat hidupku jadi
indah.Kalau dia masih ada, mungkin dia sudah sebesar kamu.”
Sejenak mereka berdua diam...suasana
menjadi hening.
“Bila aku yang menggantikan posisi
adik kakak, apa kakak mau.?”
“Enggak mungkin.”
“Kenapa.?”
“Karna.....aku suka sama kamu.”
Dinda kaget sehingga seketika itu
mukanya jadi tegang.Frizt yang melihat itu jadi tersenyum.
“Udah gak usah tegang gitu.Lihat deh
jelek tau muka kamu, gak usah di pikirin.Tadi aku Cuma bercanda kok.”
Tak lama kemudian pelayan mengantarkan
makanan yang tadi di pesan Frizt dan DInda.Mereka mulai memasukkan
makanan ke dalam mulut mereka.Saat itu Dinda memesan makanan yang
berbumbu.Frizt yang melihat itu jadi meringis.
“Ma’af Din sini dech.”
Mendengar itu Dinda mendekatkan mukanya
ke hadapan Frizt.
“Ada apa.?”
Frizt dan Dinda sekarang bertatapan dan
Frizt mencoba mengangkat tangan kirinya yang berhias jam tangan
berwarna hitam.Ibu jarinya di daratkan ke bibir Dinda.Frizt mulai
mengusap bumbu yang menyangkut di bibir Dinda, mereka berdua terbawa
susasan, mata mereka tak berkedip da pandangan mereka begitu
mempesona sampai kesempatan itu hilang sudah.
“Makasih.”
“You’re welcome. Eh besok keluar
yuk.”
Dinda yang mendengar ajakan Frizt
langsung menghentikan makannya dan diam sejenak untuk berfikir.
“Kamu kelihatan cantik dech kalau
lagi mikir gitu, tuh lihat lucu banget.Gak usah bingung kamu tinggal
jawab iya apa enggak...simple kan.”
“Emmm ya dech.”
“Beneran..? ntar aku jemput setengah
7 oke.”
“Baiklah”
“Yaap sekarang aku sudah kenyang.”
“Serius..? tuh makanan kakak aja baru
di makan 2 sendok.”
“Aku kenyang karna puas mendengar
jawaban kamu.”
“Ya sudah ayo kita balik.”
Akhirnya Dinda dan Frizt beranjak
meninggalkan kantin.Mereka berpisah.Dinda pun pergi ke toilet.Saat
Dinda masuk toilet dia gak sadar kalau Lisa dan teman-temannya
mengikuti dia dari belakang.Saat Dinda masuk WC, pintunya di kunci
dari luar oleh Lisa.Dinda kaget dan bukaan itu saja, Lisa mengguyur
Dinda dengan air keran melalui selang terus dari atas Lisa menyiram
Dinda dengan ember sampai bayah kuyup.
“Mampus elo, siapa suruh buat deketin
kakak gue, sialan elo dan gara-gara elo jug ague di hina-hina sama
kakak gue.”
Setelah Lisa puas mengerjai Dinda, dia
langsung pergi meninggalkan Dinda yang basah kuyup di WC.Dinda
berteriak minta tolong namun tak ada yang menjawab, Dinda akhirnya
terduduk di lantai karna lelah berteriak.Hingga saat semua anak
kampus Dharma Bakti sudah beranjak pulang dari kampus elit tersebut,
Dinda masih terjebak di dalam toilet.Dan kebetulan Dimas saat itu
menjemput Dinda.Saat Dimas menunggu Dinda di pagar kampus, dia
bertemu Lisa dan teman-temannya.
“Hay kak Dimas, mau cari aku yah.”
“Dinda kemana Lis.?” Tanya Dimas
sambil melihat sekeliling halaman kampus.
“Gak tau, mungkin udah pulang kali.”
“Pulang...?Dia belum nyampek rumah.”
“Ala cewek gatel kayak gitu pasti
keluyuran.”
“Dimana Frizt.?”
“Dia masih di dalam,mending kak Dimas
pulang sama aku aja.”
“Ya sudah Lis, thanks.”
Dimas beranjak pergi ke dalam kampus,
dengan berlari sambil mencari Frizt.
“Sial...emang sialan tuh Dinda, udah
kak Frizt di gebet, Dimas juga.Brengseekk...emang gag tau diri tuh
cewek.Lihat aja gue pasti balas semua ini.” Lisa marah-marah
sendiri di gerbang kampus.
Sementara itu Dimas masih berlari
mengelilingi ruangan kampus hingga dia bertemu Frizt.
“Frizt elo tau dimana DInda.?”
“Dinda??? Bukannya dia sudah
pulang.?”
“Pulang??? Elo pasti sembunyiin dia
kan? Dimana Dinda.?
“Beneran Dim, gue enggak tau,
terakhir gue bersama dia saat kita makan di kantin lalu ia pamit ke
toilet.”
“Toilet.”
Dimas langsung berlari ke toilet dan
dari belakang Frizt mengikutinya.Sampai di toilet ada 1 pintu yang
diganjal dengan sapu lantai.
“Dor dor dor...Din Dinda.?”
Tak mendengar
jawaban, Dimas langsung mengambil sapu itu dan mendobrak pintu yang
telah terkunci.Di sana terlihat Dinda tergeletak dalam keadaan
pingsan.Dimas langsung menggoyah-goyahkan badan Dinda, namun tak ada
respon.Frizt yang juga melihatnya ikut khawatir.Dimas langsung
menggendong tubuh Dinda yang basah.Tanpa berpamitan ke Frizt, Dimas
langsung membawa Dinda menuju mobilnya.Dalam sekejap mobil itu
meluncur ke jalan raya.Sesampainya di rumah, Dimas meletakkan Dinda
di kamarnya.Di rumah itu tak ada siapa-siapa hanya ada mang ujang
tukang kebun di rumah Dimas.Dimas keluar dari kamar Dinda dan menemui
mang ujang di kebun yang berada di belakang rumahnya.